Menjadi Didaskalos di Indonesia yang Multikultural
Negara Republik Indonesia adalah salah satu negara dengan pergumulan multikultural yang telah, sedang dan akan berlangsung sepanjang negara Republik Indonesia ini eksis seperti negara-negara lain yang eksis setelah kemerdekaannya. Realitas multikultural atau keragaman yang ada di Indonesia tidak dapat ditiadakan, itu hal yang tidak mungkin. Yang mesti dilakukan yakni bagaimana hidup dan berkarya di negara tercinta yang penuh dengan kekayaan yang terangkum dalam kata "multikultural". Dalam multikultural terdapat pengakuan akan ragam perbedaan seperti:
1. Keragaman budaya
2. Keragaman bahasa
3. Keragaman etnis (suku bangsa)
4. Keragaman Agama
5. dll
Keragaman tersebut di atas telah saya tegaskan secara awal bahwa tidak dapat ditiadakan. Oleh karena itu, yang dapat kita lakukan adalah menerima perbedaan dan hidup serta berkarya sesuai dengan keragaman yang ada pada diri kita masing-masing. Misalnya, saya terlahir dalam keluarga Kristen maka otomatis saya menganut agama Kristen, sementara sesama saya yang lainnya menganut keyakinan agama yang berbeda dengan saya. Jadi, ada perbedaan dalam hal agama, budaya, bahasa dll. Namun kita dipersatukan dengan beberapa kearifan Indonesia seperti kita punya semboyan: Bhineka Tunggal Ika = berbeda-beda tetapi kita tetap satu bahasa yaitu bahasa Indonesia dan satu negara yaitu Negara Republik Indonesia. Selain itu kita punya dasar negara yaitu Pancasila. Pancasila menjadi dasar pemersatu bangsa Indonesia yang terkenal dalam kemajemukannya.
Salam
Kehidupan di negara yang terkenal dengan multikultural seperti ini membuat para guru Pendidikan Kristen, Dosen Pendidikan Agama Kristen yang selanjutnya saya sebut dengan para didaskalos Kristen harus berusaha untuk menjadi didaskalos (guru) di Indonesia yang memiliki semangat multikulturalisme. Misi multikultural adalah membuat orang lain mampu menerima perbedaan dan hidup secara bersama dalam ragam perbedaan tersebut dan berkarya sebagai anak bangsa sesuai kompetensi masing-masing.
Menjadi didaskalos multikultural berarti bersedia belajar sepanjang hayat akan perbedaan dan hidup rukun dalam perbedaan tersebut. Hal yang krusial adalah kehidupan bersama dalam agama yang berbeda. Itulah sebabnya dalam judul artikel ini saya memunculkan topik artikel: Guru PAK Yang Multikultural di tempat tugasnya.
Saya belajar menjadi dosen multikultural ketika saya mengajar di universitas untuk mata kuliah Etika Kristen. Saya harus bersifat inklusif terhadap para mahasiswa yang berasal dari non Kristen. Mereka masuk dan kuliah di Universitas Kristen, di universitas ini saya mendapat kepercayaan untuk mengajar secara daring. Ada dua kelas, kelas reguler dan karyawan atau profesional.
Saya berusaha belajar perbedaan dan menerima perbedaan tersebut, khususnya perbedaan agama. Saya memberi nilai juga mempertimbangkan aspek multikultural. Saya tidak boleh menilai mahasiswa dengan nilai yang lebih baik dari mahasiswa yang berbeda agama. Tentu tindakan ini bila ada maka masuk dalam kategori tindakan multikultral yang tentu tidak cocok.
Menjadi didaskalos multikultural berarti menjadi guru yang mampu menerima perbedaan dalam tugas maupun kehidupan di lingkungan sosial di mana sang guru dan dosen berdomisili. Guru multikultural adalah guru yang mampu menerima perbedaan dan bersaha berkarya secara baik dalam tugas yang diemban.
Menjadi didaskalos (Pendidik Kristen) di masyarakat Multikultural mewajibkan pendidik Kristen untuk melakukan pendidikan agama tanpa kebencian kepada agama lain. Kita mengusung cinta kasih. Kasih Yesus Kristus menjadi dasar pendidikan Kristen di Masyarakat Multikultural.
Kehidupan di Sorga adalah kehidupan multikultural dalam arti ragam perbedaan seperti bahasa, budaya. Dan mereka yang berbeda itu disatukan dalam kayainan akan sang Kebenaran itu sendiri. Yesus berkata: Akulah jalan hidup dan kebenaran.
Menjadi didaskalos kebenaran tidak harus membuat kita mengabaikan orang lain yang berbeda keyakinan dengan kita karena dalam masyarakat multikultural, perbedaan itu menjadi bagian kehidupan dan tentu kita berinteraksi dalam perbedaan tersebut tanpa kehilangan esensi kita sebagai didaskalos kebenaran.
Salam Multikultural
Selamat Natal dan Tahun Baru
Bulan Desember selalu mengingatkan orang Kristen untuk sebuah peristiwa yang sangat penting yaitu kelahiran sang juru selamat. Tentu kita mengucapkan Puji Tuhan karena kita telah melewati Tahun 2020 dengan keadaan shalom atau Eirene. Shalom dan Eirene tentu memiliki makna yang seajalan, hanya saja asal katanya berbeda. Shalom berasal dari bahasa Ibrani dan Eirene dari bahasa Yunani. Dalam kesempatan ini tentu saya dan keluarga mengucapkan selamat natal kepada seluruh orang Kristen di Jagat Raya ini yang mengadakan perayaan Natal dan Tauhun baru 2021. Jadi, kami mengucapkan:
Kepada saudara-saudara seiman yang merayakan Natal pada bulan Desember tahun 2020, tentu kami mengucapkan selamat Natal 25 Desember 2020 dan selamat tahun baru 1 Januari 2021. Semoga kita tetap dalam penyertaan Tuhan untuk Natal tahun 2020. Selamat merayakan Natal 2020. TUHAN Yesus memberkati. Ia sudah memimpin kita dengan baik pada tahun 2020 dan terus memimpin kita di tahun yang akan datang.
Salam
Yonas Muanley
Menjadi Sahabat Bagi Masyarakat Multi Kultural
1. Orang Kristen tetap Percaya Kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Bila tidak percaya lagi kepada Yesus Kristus atau meninggalkan Yesus maka ia tidak mampu menjadi sahabat bagi semua orang. Yang terjadi ialah hidupnya membenci atau memusuhi orang Kristen. Hanya dengan tetap hidup dalam kepercayaan kepada Yesus Kristus maka orang Kristen mampu menjadi sahabat bagi semua orang. Kita belajar dari teks Yohanes 15:14-15 yaitu Yesus menjadi sahabat bagi para murid-Nya, Yesus memberi nyawanya bagi keselamatan orang berdosa yang dimulai dengan murid-murid-Nya. Yesus menyebut murid-murid-Nya pada waktu itu, apabila murid-murid-Nya tetap melakukan kehendak-Nya.
2. Orang Kristen Melakukan apa yang Yesus Perintahkan
Kehidupan dalam masyarakat yang multikultural dalam ragam kebudayaan, ragam agam, ragam ras, ragam sosial menuntuk kita untuk menerapkan tema Natal 2019 yaitu hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang. Tema ini mengajarkan kita untuk tetap bersahabat walaupun kita dibenci orang lain karena kepercayaan kita bahwa Yesus itu TUHAN.
Semoga bermanfaat
Selanjutnya sebagai komunitas multikultural, saya ucapkan selamat merayakan perayaan Imlek bagi mereka yang merayakannya pada tanggal 25 Januari 2020
Mengelola PAK Majemuk dalam Metode Pembelajaran Blended Learning
Dosen Teologi Ngeblog dan diterima Adsense
Saya bersyukur membahas bahan ajar online berbasis free weblog sebagai salah satu variabel disertasi saya. Pembahasan itu membuat saya terus menekuni pembuatan bahan ajar dengan menggunakan blogspot. Sering para dosen malu atau merasa diri tidak bergensi karena menggunakan situs yang free seperti blogspot. Namun saya berlawanan dengan itu, saya menggunakan blogspot untuk eksistensi sebagai seorang pengajar dan terus menulis dengan menciptakan blog-blog baru.
Selanjutnya untuk kepentingan kelansungan pergumulan menulis dan mempublikasi pemikiran maka saya mencoba mendaftarkan blog di Google Adsense dan hasilnya diterima tanpa penolakan. MEmang sebelumnya blog ini pernah ditolak, namun yang saya maksudkan dengan tanpa penolakan yakni pendaftaran pada bulan juni 2019 tidak mengalami penolakan. Mendaftar tanggal 16 Juni 2019 puku; 21.30, esoknya tanggal 17 juli 2019 pukul 09.04 permohonan saya diterima dengan berita seperti ini:
Proses diterima di GA membutuhkan perjuangan, nilai perjuangan di GA saya kembangkan dalam setiap aktivitas membuat blog.
Semoga dapat menginspirasi
Komponen Blended Learning
Salam