Model Pendidikan Agama Kristen di sekolah umum

2


1.    Model Monoreligius

MPA di SF adalah singkatan dari Model Pendidikan Agama (MPA) di Sekolah Formal (SF). 

Model Pendidikan Agama yang monoreligius adalah sebuah model pendidikan Agama yang hanya berusaha mempelajari satu agama. Misalnya Guru Pendidikan Agama hanya mengajarkan kepada peserta didik tentang agama yang dianut guru agama dan peserta didik, tanpa menyinggung atau mempelajari agama lain. Model ini banyak dilakukan di sekolah-sekolah umum pada masa kini. Acmad Munjid dalam Kompas, selasa 26 Maret 2013, halaman 7 kolom 1-4 menyatakan bahwa “model pembelajaran agama yang monoreligius (hanya mempelajari satu agama [sendiri/saja) seperti sekarang perlu dirubah menjadi multireligius, terutama untuk siswa sekolah menengah”. Menurut Acmad, siswa perlu mengenal aspek-aspek fundamental agama lain, selain agama sendiri. Sedangkan di Perguruan Tinggi, ama sendiri model multireligius ditingkatkan menjadi interreligius.” Model ini dianggap mampu mempersiapkan peserta didik untuk mampu memberikan tanggapan yang positif terhadap agama lain. Pendekatan seperti ini mutlak diperlukan karena jika tidak demikian maka akan menimbulkan bencana, sebalinya model ini akan membuat keragaman yang ada pada masyarakat dapat dikelola menjadi sumber daya, dan bukan sumber bencana bagi kehidupan bersama. (kompas, selasa, 26 Maret 2013 halaman 7, kolom 1-4).
  
2.    Multireligius

Pendidikan Agama model multireligius adalah suatu pendekatan atau paradigma bahwa keberagaman tidak dapat dihindari tetapi dianggap sebagai sebuah kekayaan yang dapat menunjang keharmonisan tetapi juga dapat mengancam keharmonisan atas nama agama. Pendekatan Pendidikan Agama Multireligius menginginkan agar Pendidikan Agama di sekolah formal tidak hanya mengajarkan agamanya sendiri tetapi juga agama-agama lain yang ada di dunia, atau khususnya agama-agama yang ada di sebuah Negara. Menurut pendekatan ini, berbagai agama dapat dipelajari dalam pelajaran agama. Misalnya pelajaran agama-agama yang ada di dunia seperti: Zoroasterianisme, Sabianisme, Brahmanisme, Budhisme, Konghucu, Taoisme, Sintoisme, Fetisisme Afrika Barat, Agama Islam, Kristen. Pendekatan ini pernah dipakai oleh Mahmud Junus-mantan rector pertama IAIN Padang yang membekali para calon guru Agama Islam di sekolah menengah yang diasuhnya dengan pengertahuan mengenai agama-agama besar dunia. Lebih lanjut para pembaca dapat mengikuti tulisan Acmad Mudjid di Koran Kompas yang terbit Selasa 26 Maret 2013. Model ini tidak mengorbankan keyakinan tetapi justru memperkaya pengetahuan dan membangun sikap yang lebih positif terhadap perbedaan agama.


2 comments:

  1. permisi,,, bolehkah saya mendownload artikel anda/ karena artikel ini sangat mendukung tugas perkuliahan saya....artikel saya yng berjudul eksistensi pendidikan agama

    ReplyDelete